1.PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS INFLASI
a. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus dan dalam jangka waktu yang panjang.
a. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus dan dalam jangka waktu yang panjang.
Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bilakenaikan tersebut meluas kepada
(atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dariharga barang-barang lain,
Boediono (1982: 155). Dari pengertian ini,
inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak
terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami
yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu
negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.
b. Faktor-faktor yang
mendorong timbulnya inflasi:
- Sumber-sumber ekonomi yang ingin diserap pemerintah lebih besar daripada sumber-sumber ekonomi yang dapat dilepaskan oleh pihak non pemerintah pada tingkat harga yang berlaku.
- Berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha memperoleh tambahan pendapatan yang relative lebih besar daripada kenaikan produktifitas mereka.
- Adanya harapan (ekspektasi) yang berlebihan dari masyarakat sehingga permintaan barang-barang dan jasa-jasa naik lebih cepat daripada tambahan output yang mungkin dicapai dalam perekonomian.
- Adanya kebijaksanaan pemerintah yang dapat mendorong kenaikan harga, utamanya kebijaksanaan fiskal.
- Pengaruh alam yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan harga.
- Pengaruh inflasi luar negeri, khususnya Negara-negara yang menganut
system perekonomian terbuka.
c. Jenis-Jenis Inflasi
· Berdasarkan sifatnya Inflasi dapat digolongkan
menjadi empat yaitu:
1. Inflasi ringan,
yaitu tingkat inflasi sampai dengan 10% atau 20% setahun;
2. Inflasi sedang,
yaitu antara 10% s/d 30% setahun;
3. Inflasi berat,
yaitu antara 30% s/d 100% setahun;
4. Hiper inflasi,
yaitu di atas 100% setahun.
Berdasarkan sebabnya Inflasi dibagi menjadi :
1)
Demand Full Inflation
yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan
masyarakat akan barang dan jasa yang begitu kuat. Inflasi ini muncul karena
naiknya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli
barang dan jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang
yang biasa mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatannya meningkat,
maka konsumsi susunya juga meningkat menjadi katakanlah 3 gelas sehari. Dengan
meningkatnya konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga
barang-barang.
2)
Cost Push Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan
biaya-biaya produksi, baik karena buruh menuntut kenaikan upah, maupun karena
perusahaan menghendaki keuntungan yang melebihi kemampuannya berproduksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan
bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah, dimana kedua hal itu merupakan
bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun akan menaikkan harga jual
barang dan jasanya.
3)
Inflasi Kombinasi
adalah inflasi
yang timbul karena, disamping pengaruh permintaan dalam negeri yang kuat, juga
adanya kenaikan biaya-biaya produksi.
(inflasi dibagi menjadi 2, Putong (2002: 260), namun ada pula pendapat
yang menyebutkan ada 3)
·
Berdasarkan asalnya Inflasi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Domestic Inflation( inflasi yang
berasal atau bersumber dari dalam negeri)
adalah inflasi yang timbul karena adanya “Shock”
atau kejutan dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun
pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga. Misalnya pemerintah mengalami defisit
anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang baru, sehingga jumlah uang
beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila
penawaran barang tetap, maka hal ini akan mendorong kenaikan harga
barang-barang.
2) Imported inflation(Inflasi
yang berasal dari luar negeri)
adalah
inflasi yang terjadi karena pengaruh inflasi dari luar negeri. Kenaikan harga
umum dalam negeri dapat dipengaruhi tidak hanya harga dalam negeri, tetapi juga
oleh harga-harga luar negeri yang tercermin pada barang-barang impor.
Sebagai contoh adalah negara kita,
dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya.
Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya produksi juga
meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan jasa.
·
Ditinjau dari tingkat Intesitasnya
1) Creeping Inflation
(inflasi merayap)
adalah inflasi yang memperlihatkan kenaikan laju
inflasi secara perlahan-lahan.
2) Hyper Inflation adalah inflasi yang memperlihatkan laju inflasi yang sangat cepat
2) Hyper Inflation adalah inflasi yang memperlihatkan laju inflasi yang sangat cepat
2.PENYEBAB
TIMBULNYA INFLASI
Ahli-ahli ekonomi PBB menyatakan bahwa ada
tiga sektor yang memungkinkan terjadinya Inflasi.Ketiga sektor itu adalah :
1. Sektor impor-ekspor
Menurut mereka jika eksport suatu negara lebih
besar dari importnya maka akan ada tekanan inflasi.Tekanan inflasi yang terjadi
disini diakibatkan oleh makin besarnya jumlah uang yang beredar dalam negeri
karena penerimaan deviezen dari luar
negeri.
2. Sektor
saving-investasi
Jika investasi suatu negara lebih besar dari
savingnya,hingga untuk membiayai investasi yang lebih besar dari saving itu
harus dikeluarkan uang baru maka akan timbul tekanan inflasi.
3. Sektor penerimaan dan pengeluaran negara
Apabila anggaran belanja suatu negara
mengalami defisit,artinya pengeluaran pemerintah lebih besar dari
penerimaanya,sehingga untuk menutupi pengeluaran yang lebih besar itu harus
dikeluarkan uang baru maka akan ada tekanan inflasi.
Apabila dari ketiga sektor ini terjadi tekanan
inflasi maka terjadilah inflasi yang
sesungguhnya .Menurut mereka inflasi yang sesungguhnya tidak akan terjadi
apabila ketiga sektor tersebut saling imbang-mengimbangi
Inflasi dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi
dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab
kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam
hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, Dan lain-lain.
Inflasi tarikan
permintaan
(Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor
selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran
jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi
yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
3. PENGARUH
INFLASI
Pengaruh
Inflasi terhadap Perekonomian
Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
1. Mendorong penanaman modal spekulatif
Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang. Sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi berdampak sebagai berikut :
1. Mendorong penanaman modal spekulatif
Inflasi
mengakibatkan para pemilik modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini
dilakukan dengan carai membeli rumah, tanah dan emas. Cara ini dirasa oleh
mereka lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.
2.
Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi.
Untuk menghindari
kemerosotan nilai uang atau modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan akan
menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tingg, maka
tingkat suku bunga juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi
kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha-usaha produktif.
3.
Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Apabila gagal
mengendalikan inflasi, akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi.
Selanjutnya arah perkembangan ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini
akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
4. Menimbulkan
masalah neraca pembayaran.
Inflasi akan
menyebabkan harga barabg-barang impor lebih murah daripada harga barang yang
dihasilkan di dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih
cepat daripada ekspor. Selain itu, arus modal ke luar ngeri akan lebih banyak
disbanding yang masuk kedalam negeri. Keadaan ini akan menagibatkan terjadinya
deficit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.
Inflasi memiliki dampak positif dan
dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan
pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang
pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya,
orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya
pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan
menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap
saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank
(debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai
uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan
bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.
Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen
enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha
produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha
kecil).
Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
4. CARA MENGATASI INFLASI
a. Kebijakan Moneter
Seperti yang
telah disebutkan di atas, peran bank sentral dalam mengatasi inflasi adalah
dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan yang diambil oleh bank
sentral tersebut dinamakan kebijakan moneter, yaitu dengan menggunakan
cara-cara sebagai berikut.
1.
Politik Diskonto
(discount policy)
adalah politik bank sentral untuk
memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga.
Dengan menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di
bank daripada menjalankan investasi.
2.
Politik Pasar
Terbuka (open market policy)
dijalankan dengan membeli dan
menjual surat-surat berharga seperti obligasi negara kepada masyarakat. Dengan menjual surat-surat berharga diharapkan uang akan tersedot dari
masyarakat.Jadi
dengan politik seperti ini,maka jumlah uang yang beredar dimasyarakat dikurangi
dan sebagai gantinya bertambah obligasi negara atau surat-surat berharga
lainnya di tangan masyarakat.Berkurangnya jumlah uang di tangan masyarakat
menyebabkan permintaan terhadap barang akan berkurang ,dan barang-barang di
pasar hanya dapat dijual seluruhnya apabila harga diturunkan dan dengan telah
terealisirnya hal ini,inflasipun telah dikurangi tekanannya.
3.
Politik
Persediaan Kas (cash ratio policy)
adalah politik Bank Sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan
menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan
dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah kredit akan
berkurang.
4. Pengawasan kredit secara selektif.
b. Kebijakan Fiskal
Selain kebijakan
moneter, pemerintah dapat juga memberlakukan kebijakan fiskal yaitu kebijakan
yang berhubungan dengan pengaturan penerimaan dan pengeluaran Negara. Jadi yang
diatur dalam kebijakan fiskal adalah:
1. pengaturan pengeluaran
pemerintah (APBN)
2. peningkatan
tarif/pajak.
Dengan
menambah pajak berarti penghasilan seseorang akan berkurang,karena sebagian
dari penghasilannya itu dalam bentuk pajak \\telah diberikan kepada
pemerintah.Disposible incomenya menjadi berkurang.Apabila penghasilan seseorang
berkurang maka tenaga pembeliannya akan
berkurang pula dan apabila tenaga pembeli berkurang harga barang-barang tidak
akan mungkin naik lagi ,melainkan ia akan turun seimbang dengan jumlah uang
yang ada dalam masyarakat.
Penambahan
pajak ini dapat direalisasikan ,selain dengan menaikkan pajak dapat pula dengan
jalan menambah jenis pajak yang harus dibayar oleh masyarakat.Tetapi dalam
menaikkan pajak ,terlebih dahulu harus diselidiki golongan masyarakat yang mana
yang harus diperberat pajaknya agar dengan tindakan itu benar-benar akan
mengurangi permintaan seluruhnya.Artinya menaikkan pajak untuk mengatasi
inflasi haruslah dikenakan untuk benar-benar mengurangi penghasilan masyarakat,sebab
pada umumnya penaikkan pajak demikianlah yang lebih efektif untuk mengurangi tekanan
inflasi.
c. Kebijakan Nonmoneter
Selain dua
kebijakan di atas ada juga yang disebut kebijakan nonmoneter yang mengatur
hal-hal berikut:
1. Peningkatan produksi.
2. Kebijakan upah.
3. Pengawasan harga
DAFTAR PUSTAKA :
2. Manullang,M.1980.Pengantar Teori Ekonomi Moneter.Yogyakarta:Ghalia Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar